diyas journal

a story, a poem, and a whatever

Category Archives: Sajak Iseng

Hingga Ujung Jalan

Dengan cara mu kau membantu ku menghangatkan yang pernah terlupakan

Kuharap semua nya berjalan apa ada nya tanpa tekanan

Tak ada salahnya satu dua kata yang terkhilafkan

Perbedaan, kutantang dengan keikhlasan

Sekian lama kau membantu ku merevisi dan mengkoreksi

Kembali mimpi itu datang kembali

Ketika dua manusia berjanji, itu akan abadi

Didasari sesuatu yang pasti suatu saat nanti

Kau, dapatkah kupertahankan

Hanya untuk sekedar berjalan beriringan

Hingga ujung jalan tanpa persimpangan

teruntuk dia yang selalu menemani hari ku belakangan ini

Hasil Pekerjaanmu, Atas Namaku…

Teruntuk perempuan yang pernah tersesat dan kesulitan untuk membedakan antara kanan dan kiri.

Tahukah kamu, aku pernah enggan membuat suatu ikatan denganmu. Bukan apa-apa itu karena hatiku sudah rusak, sudah tak utuh dan bahkan sulit untuk mengidentifikasi bentuk dan isinya. Aku tak ingin memberikan sesuatu yang mungkin tidak layak untuk kuberikan. Tak etis, menurutku jika kuberikan kau sesuatu yang kurang berharga.

Tapi apa yang kau lakukan? kau tetap memintanya. Sesuatu yang jika salah menggenggam sedikit saja akan jatuh berhamburan. Kau menawarkan diri untuk menerima itu, tanpa kecuali. Dan bahkan berjanji untuk memperbaikinya. Apa aku semudah itu percaya? Tidak. Aku saja tak yakin bisa kembali utuh dan berfungsi dengan selayaknya. 

Dengan sabar kau membujukku untuk mempercayakan padamu, untuk kau perbaiki. Luluh sudah aku dengan tatapan polosmu. Kuberikan dalam kantung kertas berisi serpihan yang mungkin tak lengkap. Kutitipkan sesuatu milikku yang pernah dengan bangga kupamerkan yang kini dengan keadaan, yah… seperti itulah adanya. Anehnya, kau menerima nya dengan mata berbinar. Dan dengan yakin kau mengatakan “pasti akan kuperbaiki”.

Sesekali aku mengecek pekerjaanmu, apakah ada kesulitan dengan itu. Dengan mantap kau tersenyum seperti sedang mengusahakan dengan sebaik mungkin. Sedikit demi sedikit terlihat semakin baik. Aku tersenyum, kau memegang janjimu. 

Aku berjanji, saat hati itu sudah selesai dengan bentuknya yang baru, akan kuberikan untukmu selamanya. Hasil pekerjaanmu, atas namaku, dan dengan rencana Tuhan yang kita tahu selalu dengan alasan tertentu.

Lantai 2 kamar No.9
Jakarta Selatan
5 Februari 2012
 

Tuhan, aku mohon…

Tuhan, aku tahu aku salah. Aku tahu aku melakukan yang seharusnya tidak dilakukan. Aku sungguh menyesal. Aku takut akan kemarahanmu. Tuhan, aku minta maaf. Begitu banyak dosa yang telah kuperbuat. Aku hanya mohon pengampunanmu. Jika kau ingin menghukumku, silahkan saja. Tapi jangan kecewakan orang-orang disekitarku. Jangan biarkan orang yang aku cintai ikut menanggung kesalahanku. Tuhan, aku tahu kau maha pemaaf. Aku hanya bisa memohon padamu. Aku berjanji tidak akan melakukan sesuatu yang kau larang lagi. Tuhan berikanlah petunjuk agar aku selalu di jalan-Mu. Bantulah aku meraih masa depanku. Begitu banyak mimpi yang ingin kuraih, Tuhan. Tolong aku Tuhan, Tolong aku…

 

Aku hanya seorang manusia biasa yang bisa menyerah pada hawa nafsu,

Aku hanya seorang manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan,

Aku hanya seorang manusia biasa yang hanya bisa bersimpuh dihadap-Mu

Aku hanya seorang manusia biasa yang selalu memohon kepada-Mu

Sang Pemuja

Dia membuatku terpesona, dengan keindahan dan kepolosannya. Entah kenapa aku suka. Dia yang datang entah darimana dan pergi entah kemana. Hanya berjumpa saat perasaan kami merasakan hal yang sama. Aku tak peduli dia siapa dan bagaimana. Aku cinta dia. Apa adanya. Dengan segala ketulusan yang bisa kuberikan. Pertemuan yang seringkali sangat singkat. Kadang membuatku gila. Mungkin dia tak merasa. Dia yang begitu dicintai oleh semesta. Tak akan mengira, ada seorang yang begitu memujanya. Aku tak menyangkalnya jika suatu saat dia mengembangkan sayap putihnya. Meninggalkan semua. Aku tak punya hak untuk meminta dan bahkan mendamba. Biarkan dia mengejar kedewasaan dan kesempurnaan. Aku disini hanya bisa memohon, Tuhan jagalah dirinya.

jangan pernah tanya alasan kenapa aku mencinta
biarkan semuanya hanya menjadi pertanyaan yang tak akan pernah terjawab

Halaman Yang Terabaikan

Lama juga tak ku kunjungi halaman ini. Sedikit bersin aku ketika membuka jalan masuknya, huff… Debu kata yang menumpuk, sampah alinea berserakan. Tuan laba-laba pun sudah menganggap ini sebagai daerah jajahannya, sarangnya cukup memenuhi sudut-sudut ruangan. Suatu tempat yang dulu begitu sering kukunjungi, kini mulai terabaikan karena kesibukanku. Bukan sibuk juga sebenarnya, tapi aku kurang meluangkan waktu saja bermain kesini. Tempat dimana aku melarikan diri dari segala hal, saat sedih, senang, maupun biasa saja. Sering ku bercerita di sini, menulis apa saja, bahkan hal bodoh pun ku tulis. Miris juga melihat tempat ini jadi terbengkalai begini. Oke, saatnya bersih-bersih. Halaman ini harus kembali seperti dulu, agar teman yang berkunjung pun dapat ikut menikmati.